TT Ads
Jakarta (ANTARA) – Dokter spesialis telinga, hidung, tenggorokan, kepala, dan leher dari Rumah Sakit Umum Daerah Mampang Prapatan menyampaikan bahwa kebiasaan mendengarkan musik dengan suara keras menggunakan earphone atau headset dapat memicu gangguan pendengaran.

“Semakin kencang suaranya, semakin lama kita memakai headset atau earphone, juga semakin meningkatkan risiko gangguan pendengaran atau tuli pada telinga kita,” kata dr. Shofiah Sari, Sp.THT-KL dalam acara diskusi media di Jakarta, Kamis.

“Risiko pada pengguna earphone itu bergantung dari volumenya. Ini penting, jangan kekencangan. Lalu fitur keamanan, tentu kalau earphone yang harganya murah akan semakin berbeda dengan yang lebih mahal, itu juga harus jadi perhatian,” ia menambahkan.

Shofiah menuturkan, kebiasaan mendengarkan musik, acara konser, atau siaran pertandingan bersuara keras dalam waktu lama ketika sedang menyetir kendaraan atau tidur membuat syaraf telinga terus aktif bekerja tanpa henti, sehingga syaraf berpotensi mengalami kerusakan.

Bila kebiasaan tersebut terus berlanjut dalam waktu lama, ia mengatakan, maka dapat menimbulkan gangguan pendengaran seperti tidak dapat mendengar dengan jelas, mengalami distorsi suara, hingga telinga berdengung sampai merasa sakit.

Baca juga: Jangan abaikan gangguan pendengaran

Baca juga: Metode 60-60 untuk jaga telinga tetap sehat

Shofiah mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia yang menunjukkan bahwa 1,1 miliar orang berusia muda berisiko mengalami gangguan pendengaran karena terlalu sering mendengarkan musik.

Oleh karena itu, dia membagikan cara untuk menjaga indera pendengaran, antara lain dengan selalu mengecek volume suara pada ponsel atau penyuara telinga (earphone) dan menghindari lingkungan yang bising.

Mereka yang harus berada di lingkungan bising dalam waktu lama, menurut dia, sebaiknya menggunakan ear plug untuk membantu meredam suara.

“Kalau lagi di konser, kita bisa keluar 5-10 menit dari ruangan agar telinga bisa istirahat sebentar. Di konser juga jangan dekat-dekat dengan speaker,” katanya.

“Terakhir, tentu jangan lupa memeriksa kondisi pendengaran kita secara berkala, yaitu melalui audiometri,” ia menambahkan.

Baca juga: Deteksi dini gangguan pendengaran penting demi kualitas hidup

Baca juga: Gangguan pendengaran dapat percepat demensia pada lansia

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2024

source

TT Ads

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *