REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Memperingati 30 tahun kematian ayahnya, Kurt Cobain, sang putri Frances Bean Cobain, membuat unggahan menyentuh di media sosial. Dalam postingannya, dia berharap dia bisa mengenal lebih lama sosok ayahnya.
Unggahan tersebut banjir komentar dari pengikut Frances di Instagram. Ayah mertuanya, skateboarder Tony Hawk, juga turut meninggalkan pesan.
“Terima kasih untuk apa yang telah kamu ungkapkan. Kamu meneruskan warisannya dengan berkat dan kasih sayang,” kata Hawk.
Frances menikah dengan putra Hawk, Riley Hawk. Unggahan Frances bersambut emoji hati dari Paris Jackson yang juga telah kehilangan orang tuanya, yakni King of Pop Michael Jackson.
Billie Lourd, anak mendiang aktris Star Wars, Carrie Fisher, juga menghibur dengan menyatakan dukungan emosionalnya untuk Frances.
“Aku sangat menyayangimu,” kata Lourd.
Dalam unggahannya, Frances membagikan foto hitam-putih yang merupakan foto terakhirnya bersama ayahnya. Dia juga membagikan foto Kurt ketika dia masih kecil dan bersama ibunya, Courtney Love.
“30 tahun yang lalu kehidupan ayah saya berakhir. Foto ke-2 dan ke-3 yang diambil terakhir kali kami bersama saat dia masih hidup,” tulis Frances dalam keterangan unggahan itu.
Frances juga berbagi cerita tentang bagaimana neneknya mengatakan, tangannya mirip dengan tangan ayahnya yang seorang bintang rock. Foto pertama di unggahan Instagram Frances adalah foto tangan ayahnya yang diambil oleh Michael Stipe.
“Ibunya, Wendy, sering kali menempelkan tanganku ke pipinya dan berkata dengan kesedihan yang meninabobokan, ‘Kamu memiliki tangannya’. Dia akan menciumnya seolah-olah itu adalah satu-satunya kesempatan nenek untuk memeluknya sedikit lebih dekat, membeku dalam waktu. Saya harap dia memegang tangannya di mana pun mereka berada,” tulis Frances.
Dalam 30 tahun terakhir, menurut Frances, gagasannya tentang kehilangan terus menerus mengalami metamorfosis. Dia menulis, pelajaran terbesar yang dia pelajari melalui duka selama dia sadar adalah bahwa hal itu memiliki tujuan.
“Dualitas hidup & mati, kesakitan & kegembiraan, yin & yang, harus ada berdampingan satu sama lain atau semua ini tidak akan ada artinya. Sifat tidak kekal dari keberadaan manusia lah yang melemparkan kita ke kedalaman kehidupan kita yang paling autentik. Ternyata, tidak ada motivasi yang lebih besar untuk bersandar pada kesadaran cinta selain mengetahui bahwa segala sesuatunya akan berakhir,” tulis Frances yang kini berusia 31 tahun.
Frances kemudian menjadi sentimental, berbagi momen yang ingin dia habiskan bersama ayahnya. Ingin bisa mengenal lebih jauh lagi tentang sosok ayahnya, ia berharap bisa mengetahui irama suaranya, bagaimana ayahnya menyukai kopinya, atau bagaimana rasanya didongengkan cerita pengantar tidur.
“Saya selalu bertanya-tanya apakah dia akan menangkap berudu bersama saya selama musim panas Washington yang lembap, atau apakah dia mencium aroma Camel Lights & strawberry nesquik (favoritnya). Ada kebijaksanaan mendalam pada jalur yang dipercepat untuk memahami betapa berharganya hidup ini,” ungkap dia.
“Dia memberi saya pelajaran tentang kematian yang hanya bisa didapat melalui pengalaman hidup saat kehilangan seseorang. Ini adalah anugerah untuk mengetahui secara pasti, ketika kita mencintai diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita dengan kasih sayang, dengan keterbukaan, dengan rahmat, maka semakin bermakna waktu kita di sini,” ungkap Frances.